Soal Kandungan EG dan DEG pada Obat Sirop, Begini Kata Kemenperin

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. [Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari]

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) buka suara terkait adanya kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirop anak yang disinyalir menyebabkan gagal ginjal akut.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan kasus ditemukannya EG dan DEG yang melebihi ambang batas pada obat sirup merupakan kejadia yang tidak diharapkan oleh industri Farmasi.

Oleh karenanya, pihaknya terus mendorong industri farmasi untuk terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap produk-produk yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil investigasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bahwa kedua zat itu merupakan cemaran dan bukan sebagai bahan baku tambahan yang digunakan pada formulasi dan proses produksi obat sirup.

Cemaran itu diduga berasal dari empat bahan baku tambahan yakni propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol.

Menurutnya, keempat bahan tersebut bukan bahan yang berbahaya dan dilarang penggunaannya dalam pembuatan sirup obat dan telah digunakan sejak lama.

Dirinya menjelaskan dari keempat baha itu, baru dua yang sudah dapat diproduksi dalam negeri yaitu sorbitol dengan kapasitas 154 ribo ton per tahun dan gliserin sebesar 883 ribu ton per tahun.

Sementara itu, untuk propilen glikol dan polietilen glikol masih belum dapat diproduksi dalam negeri dan harus di Impor.

Tindak lanjut dari perkembangan tersebut, Kemenperin telah melakukan koordinasi dengan industri farmasi yang produknya mengandung cemaran EG dan DEG melewati ambang batas aman.

Industri juga menegaskan bahwa tidak ada penggunaan bahan baku EG ataupun DEG pada proses produksi, sehingga adanya EG dan DEG diduga berasal dari cemaran bahan baku tambahan lain yang dibutkan tadi.

“Sebagai tindak lanjut, industri melakukan evaluasi internal, pengujian kandungan cemaran bahan baku pada laboratorium independen, serta berkoordinasi melakukan penarikan produk dari pasar,” pungkas Agus. (CNN Indonesia)