Nagan Raya – Puluhan Nelayan Tradisional di Desa Langkak,Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya mengeluhkan bahwa nelayan kecil setempat sangat kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dari SPBU setempat. Walaupun nelayan memberikan surat relomendasi dari dinas terkait tetap saja tidak diberikan oleh pihak SPBU.
Panglima Laot, Barmawi mengatakan, kebutuhan satu boat diperlukan BBM sebanyak 25 liter untuk sekali melaut. Karena ketiadaan bahan bakar, selama ini nelayan terpaksa membeli BBM eceran dengan harga yang lebih tinggi.
“Meskipun ada rekom dari dinas namun itu tidak berlaku, kami sangat memohon kepada ketua DPR untuk membantu kami mencari solusi atas persoalan ini. Apalagi ini sudah masuk musim timur (biasa hasil tangkapan ikan diperoleh maksimal) semoga ini tidak terus berlarut,” ungkap Barmawi di lokasi TPI Langkak,Sabtu,(24/07/21).
Pantauan Medisatu.id di lokasi, karena tidak adanya ketersediaan bahan bakar minyak, nelayan saat ini banyak menganggur tidak melaut, hal itu juga diperkuat dengan adanya kapal kapal boat nelayan yang terlihat bersandar di muara.
Tak hanya persoalan pembelian minyak di SPBU, para nelayan juga mengadu perihal dangkalnya muara, pihaknya berharap pemerintah membangun pelabuhan pemecah ombak sehingga memudahkan kapal boat nelayan keluar-masuk.
Menyahuti hal itu, Ketua DPRK Nagan Raya, Jonniadi, SE kepada awak media di lokasi menjelaskan, bahwa pihaknya akan menindak lanjuti terkait keluhan masyarakat. Terutama akan memperjuangkan perihal BBM yang sulit diakses nelayan.
“Persoalan nelayan sudah kami terima, selanjutnya akan kita minta klarifikasi pihak terkait. kepada panglima laot juga sudah saya minta data pendukungnya,” ungkap Jonniadi didampingi Saiful Bahri dan panglima Laot Lhok Kuala Tuha, Hendra dan Panglima Laot Lhok Kuala Tadu, Barmawi.
Sedangkan untuk pembangunan fasilitas pendukung di TPI pihaknya akan mengoordinasikan dengan eksekutif. Meskipun saat ini sudah terlihat pembangunan dari Dana Desa di lokasi.