MEDIASATUNEWS | BANDA ACEH – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutar film Movie Day di Audotorium Ali Hasyimy, UIN Banda Aceh, Jumat (31/5) dilanjutkan dengan dsikusi, kegiatan ini diikuti oleh para pelajar, mahasiswa, media, dan komunitas film.
Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK Medio Venda, mengatakan bahwa KPK secara khusus membawa tema untuk Movie Day di Kota Banda Aceh, yaitu “Keberagaman dan Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi”.
“Kita membawa tema ini juga tidak terlepas dari Aceh yangg terkenal dengan budaya Islam yang cukup kuat, namun kita sadari bahwa ternyata ada keberagaman juga di Aceh, mulai dari keberagaman agama, keberagaman etnis, keberagaman latar belakang, dan sebagainya,” jelasnya.
Ia menambahkan, keberagaman yang ada di sekitar kita menjadikan rasa saling menghargai antar sesama menjadi sangat penting. Sehingga tidak ada diskriminasi dan ketidakadilan tidak boleh terjadi lagi. Oleh karena itu, Medio berharap dengan adanya isu ini pemuda sebagai dapat kritis untuk menyuarakan isu tersebut lewat cara kreatif seperti pembuatan film.
Dikatakan bahwa, ACFFEST yang saat ini sudah berjalan satu dekade menunjukkan bahwa film adalah salah media edukasi yang sangat efektif. “Sampai saat ini ACFFEST ada selama 10 tahun, karena kita melihat minat yang semakin tinggi. Bisa dilihat dari submission yang pernah mencapai 600 ide, bahkan di tahun 2023 mencapai 900. Antusiasme dalam insersi pendidikan masih tinggi,” lanjutnya.
KPK di tahun 2024 ini ingin mengajak lebih banyak sineas lokal khususnya pemuda di Aceh untuk berpartisipasi dalam menyebarkan nilai-nilai antikorupsi lewat karya film di ajang ACFFEST 2024. Menurutnya, kegiatan ini juga bisa menjadi kesempatan baik untuk mengedukasi masyarakat luas mengenai bahaya korupsi dan menyisipkan pesan berisi penanaman nilai antikorupsi.
“Melalui kompetisi ini, kita berharap agar peserta tidak hanya menonjolkan nilai-nilai antikorupsinya saja. Dari isu-isu sosial yang diangkat, harapannya dapat disisipkan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga budaya lokalnya sendiri dapat dikenal secara luas,” tambah Medio.
Selain penyajian film, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Sutradara Film Noktah Merah Perkawinan, Terlalu Tampan, Culas, Love For Sale, Eggnoid: Cinta & Portal Waktu, Sabrina Kalangie. Dalam kesempatan ini, Sabrina memotivasi peserta, dimana jika memang ada semangat untuk membuat film maka cobalah untuk melakukan hal tersebut.
“ACFFEST ini memuat nilai antikorupsi. Dari sembilan nilai antikorupsi, dapat pilih salah satu nilai lalu diangkat menjadi ide cerita. Intinya kalau punya ide jangan takut untuk mencoba submit. Justru disitu bisa melihat apa yg penting bagi kita, tapi orang lain belum tahu. Itu bisa jadi gebrakan untuk orang yang menonton hasil ide kalian. Dampaknya luas, jadi jangan ragu,” kata Sabrina.
Sabrina juga memberikan tips bagi para pemuda yang tertarik untuk mengikuti ACFFEST. Menurutnya dalam membuat film tidak harus dengan kru yang banyak, pilih kru yang memiliki satu visi. Sedangkan untuk teknis pembuatan film , Sabrina menyarankan agar dapat belajar secara online atau melihat video behind the scenes yang sering dibagikan melalui media sosial.
Selain Sabrina, hadir Erlina Marlinda, Karakter Utama Film Dokumenter Terbaik ACFFEST 2022 berjudul “Elin”. Ia menyampaikan pengalamannya saat proses pembuatan film, aktivitas hariannya dan berbicara mengenai isu rekan-rekan marginal yang lantang menyuarakan tentang “penyamaan dan pengakuan” di tengah keterbatasan yang dimiliki.
Dalam kegiatan ini, turut hadir Inspektur Provinsi Aceh Jamaluddin, Rektor UIN Ar Raniry Mujiburrahman beserta jajaran, Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah 1 Piet Rusdi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Aceh Marwan Nusuf, dan Kepala UPTD Pengembangan Teknis dan Keterampilan Kejuruan Dinas Pendidikan Aceh Azizah.