Jokowi: No Country Can Progress, Until All Countries Progress

Foto: Jokowi di Sidang PBB (Biro Pers Kepresidenan)

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pandemi Covid-19 telah membuat kemajuan yang selama ini dicapai sejumlah negara tergerus. Dalam situasi ini, bisnis as usual pun tak bisa dilanjutkan.

Berbicara saat memberikan pidato dalam Sidang Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Jokowi menegaskan bahwa kerja sama dan solidaritas harus dipertebal dan inovasi harus ditingkatkan.

“No country can progress, until all countries progress,” kata Jokowi, Rabu (14/7/2021).

Saat ini di dunia, ada 255 juta orang kehilangan pekerjaan dan 110 juta orang kembali ke jurang kemiskinan. Bahkan, diperkirakan sebanyak 83 hingga 132 juta orang terancam kelaparan dan mengalami malnutrisi.

“Oleh karena itu, saya ingin sampaikan beberapa pemikiran. Pertama, kita harus membuat dunia untuk segera pulih dari pandemi. Vaksin adalah harapan untuk mempercepat dunia keluar dari krisis kesehatan ini,” kata Jokowi.

Terkait hal tersebut, Jokowi menekankan agar akses yang adil dan merata terhadap vaksin harus dijamin. Namun, hingga saat ini kesenjangan akses vaksin masih sangat lebar.

Untuk itu, Indonesia mendorong agar kesetaraan akses vaksin bagi seluruh negara segera direalisasikan, termasuk melalui mekanisme berbagi dosis lewat Covax Facilities.

“Pemenuhan kebutuhan pendanaan vaksin multilateral, peningkatan produksi vaksin global termasuk melalui TRIPS Waiver, penguatan global supply chain vaksin termasuk menghilangkan hambatan ekspor dan hambatan bahan baku vaksin, dan peningkatan diversifikasi dan volume produksi vaksin termasuk di negara berkembang,” jelasnya.

Kedua, Jokowi memandang perlu peningkatan perhatian dan bantuan kepada kelompok rentan akibat melambatnya kegiatan perekonomian. Menurutnya, semua lapisan masyarakat terdampak akibat pandemi, terutama bagi kelompok rentan.

Untuk itu, jaminan dan perlindungan sosial merupakan bagian penting upaya pemulihan dari pandemi.

“Di Indonesia, kami telah alokasikan USD28,5 miliar untuk bantuan sosial. Tidak kurang dari 9,8 juta unit usaha mikro telah menerima bantuan keberlanjutan usaha,” lanjutnya.

Ketiga, Jokowi menilai bahwa ekonomi dunia harus pulih secara bersama-sama. Beberapa negara di dunia telah mencatat pertumbuhan positif, namun hal itu hanya akan bermanfaat jika terjadi secara bersamaan.

Menurutnya, roda perekonomian dunia harus mulai bergerak bersama tanpa mengorbankan aspek kesehatan.

“Percepatan pemulihan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mengutamakan kesehatan serta pembangunan berkelanjutan. Ke depan, kita harus mendorong investasi dalam pemulihan yang berketahanan, berkeadilan, dan hijau, a resilient, just, and green recovery,” katanya.

“Dukungan negara maju dalam transisi ekonomi hijau di negara berkembang harus diperkuat. Pembangunan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan pro-poor harus menjadi landasan,” paparnya.

Keempat, Jokowi menegaskan bahwa kemitraan global harus diperkuat. Dalam situasi saat ini, komitmen kemitraan harus dipertebal. Prinsip “no one left behind” harus diwujudkan dalam bentuk nyata.

Jokowi juga mendorong agar semua negara berkomitmen untuk menghindari “me first policy”. Semangat ini pun akan di bawah pada presidensi G20 Indonesia tahun depan yang mengusung tema Recover Together, Recover Stronger.

Mengakhiri pandangannya, Jokowi menegaskan bahwa komitmen Indonesia terhadap SDGs tidak surut meski di tengah pandemi. Pada forum tersebut, Indonesia juga kembali menyampaikan Voluntary National Review (VNR) yang ketiga atas capaian SDGs.

“VNR Indonesia diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia untuk pemulihan bersama yang lebih kuat agar dunia dapat meraih masa depan yang jauh lebih baik,” tandasnya.