MEDIASATU | ACEH BARAT – Yayasan Wahana Generasi Aceh (WANGSA) menyoroti masuknya 11 unit kontainer bermuatan komponen kapal penggeruk emas milik PT Magellanic Garuda Kencana (MGK) ke Desa Rambong, Kecamatan Woyla Timur.
Pengiriman kontainer dalam jumlah besar ini memperlihatkan eskalasi aktivitas perusahaan yang patut dicurigai akan memperbanyak kapal penggeruk emas di Sungai Woyla.
“Kita Patut mencurigai, kehadiran truk kontainer tersebut membawa alat untuk mengeruk emas,” Kata Jhony Howord ketua WANGSA, dalam rilisnya.
Dari temuan di lapangan, Wangsa menduga sudah ada tiga unit kapal penggeruk emas yang aktif beroperasi. Dengan bertambahnya kontainer, jumlah kapal ini besar kemungkinan meningkat drastis.
WANGSA menilai, kondisi ini bukan sekadar aktivitas logistik, melainkan ancaman serius terhadap ekosistem sungai, keberlanjutan lingkungan, serta keselamatan sosial-ekonomi masyarakat.
Apalagi, Sungai Woyla adalah bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang seharusnya dijaga ketat, bukan justru diserahkan pada eksploitasi rakus korporasi.
“Diamnya aparat penegak hukum adalah bentuk pembiaran yang sama saja dengan turut merusak Aceh. Polda Aceh tidak boleh berpihak pada korporasi, tapi harus berdiri di sisi rakyat dengan menindak tegas dugaan pelanggaran hukum, termasuk potensi kejahatan lingkungan,” tegasnya
Jhony mempertanyakan, apakah Polda Aceh akan terus berdiam diri sementara sungai sebagai urat nadi kehidupan masyarakat, dan kawasan yang telah ditetapkan sebagai KSN sedang dihisap secara rakus oleh alat berat korporasi.
“Polda Aceh punya kewajiban melakukan penindakan, bukan menjadi penonton atas pembiaran yang terjadi selama ini,” cetusnya.
Jangan sampai publik menilai aparat justru terkesan sebagai pengrusak Aceh karena membiarkan praktik ini berlangsun.
WANGSA menegaskan akan terus mengawal persoalan ini hingga tuntas serta mengajak masyarakat ikut menyuarakan keresahan bersama. Kilas balik, WANGSA sudah pernah menyurati Polda Aceh dengan merekomendasikan penyelidikan dan penyidikan, namun hingga kini belum terlihat adanya tindakan konkret.
“Sungai Woyla adalah kawasan strategis. Kerusakan ekologis yang ditinggalkan jauh lebih mahal dibanding keuntungan sesaat perusahaan tambang, apalagi perusahaan yang tercatat penuh persoalan” pungkas Jhony. []